top of page

KOMPOSTING

Perbedaan kompos dan pengomposan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikrob dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik
atau anaerobik.
Pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikrob-mikrob yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi.

• Jenis Jenis Kompos
1. KOMPOS CACING (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari
bahan organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah
kotoran cacing tersebut
2. KOMPOS BASAGE Yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa
penggilingan tebu di pabrik gula.
3. KOMPOS BOKASHI adalah sebuah metode pengomposan yang dapat
menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan
bahan organik, yang biasanya berupa campuran molasses, air, starter
mikroorganisme, dan sekam padi

• Manfaat Kompos
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikrob tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

]• Strategi Mempercepat Proses Pengomposan
1. Manipulasi Kondisi Pengomposan
Strtegi ini banyak dilakukan di awal-awal berkembangnya
teknologi pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan
dibuat seoptimum mungkin. Sebagai contoh, rasio C/N yang
optimum adalah 25-35:1. Untuk membuat kondisi ini bahan-bahan
yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur dengan bahan yang
mengandung rasio C/N rendah, seperti kotoran ternak. Ukuran
bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil
dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering
diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan
terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian pula
untuk faktor-faktor lainnya.
2. Menggunakan Aktivator Pengomposan
Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme
yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang
sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Proses
pengomposannya disebut vermikompos dan kompos yang
dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing. Organisme lain yang
banyak dipergunakan adalah mikrob, baik bakeri, aktinomicetes,
maupuan kapang/cendawan.
3. Manipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan
Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan
adalah mengabungkan dua strategi di atas. Kondisi pengomposan
dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator
pengomposan.
4. Pertumbangan Untuk Menentukan Strategi Pengomposan
Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan
di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan
yang dapat digunakan untuk menentukan strategi pengomposan:
a. Karakteristik bahan yang akan dikomposkan.
b. Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos.
c. Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai.
d. Tingkat kesulitan pembuatan kompos

• Contoh Cara Pengomposan Secara Aerobik
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari
peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan
keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang
digunakan.
a) Terowongan udara (Saluran Udara)
Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
Dimensi: panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m
Sudut: 45o
Dapat dipakai menahan bahan 2 – 3 ton
b) Sekop

Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya
c) Garpu/cangkrang
Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan
pemilahan sampah
d) Saringan/ayakan
Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh
ukuran yang sesuai
Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang
diinginkan
Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan
putar
e) Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke
bagian dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat
Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak
mencemari kompos jika termometer pecah
f) Timbangan
Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat
yang diinginkan
Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan
pengemasan
g) Sepatu boot
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar
terhindar dari bahan-bahan berbahaya
h) Sarung tangan

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan
pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan
tangan

I)Masker
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernapasan dari debu dan gas
bahan terbang lainnya
Tahap Pengomposan
1. Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah
anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus
dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan
mutu kompos yang dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah,
sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi
kompos
3. Penyusunan Tumpukan
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang
dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang
berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan,
memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses
pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta
membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu
kering (kelembapan kurang dari 50%).
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan
memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum
diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu
perlu dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang
baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan
kebutuhan pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit
jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang
mungkin terbawa oleh angin.

• Proses Pengontrol
Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:
1. Monitoring Temperatur Tumpukan
2. Monitoring Kelembapan
3. Monitoring Oksigen
4. Monitoring Kecukupan C/N Ratio
5. Monitoring Volume

• Mutu Kompos
A. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi
dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan
bagi pertumbuhan tanaman.
B. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan
terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan
mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman
C. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
• Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
• Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk
suspensi,
• Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat
humifikasinya,
• Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
• Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
• Tidak berbau.

WhatsApp Image 2019-12-01 at 05.35.50.jp

a question ?

WhatsApp Image 2019-12-01 at 05.35.49.jp
Come on

Join with us

WhatsApp Image 2019-12-01 at 06.59.42.jp

Dies Natalis Ke-24

Memperingati Ulang Tahun GEMPA ke-24 bersama adik-adik Anggota Muda serta abang dan mpok alumni.

​

WhatsApp Image 2019-12-01 at 06.57.14.jp
Read more

SURVIVAL

Materi pembelajaran mengenai cara bertahan hidup di alam bebas

​

​

WhatsApp Image 2019-12-01 at 07.11.17.jp

Belajar Bersama Alam 6

Pendidikan dan pelatihan, Program kerja unggulan GEMPA guna menambah wawasan serta meminimalisir kemungkinan kecelakaan di alam bebas

bottom of page