top of page

C L I M B I N G

ROCK CLIMBING

Balik lagi sama kita nih bang mpo,nah sekarang kita mau ngenalin olahraga ekstrim,yaitu panjat tebing…. olahraga ini sangat populer di kalangan pecinta alam nih bang mpo nah yuk kita liat apa aja yang ada di olahraga ini

 

DEFINISI
Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45 derajat dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.


​

Pada dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan / celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatanPada awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah raga itu sendiri dari waktu kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas dalam panjat tebing yang diikuti oleh penggiat panjat tebing. Banyaknya tuntutan tentang perkembangan olah raga ini memberi alternatif yang lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih mengedepankan unsur olah raga murni (sport)

rc.jpg

SISTEM PEMANJATAN
System pemanjatan dibagi menjadi dua :

 

  • Himalayan system

Pemanjatan system Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya antara titik start (ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan, hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport, dimana tali tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat dengan team yang dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jlur suplai peralatan ataupun yang lainnya
 

  • Alpen system

Lain halnya dengan system diatas, jadi antara titik start dengan pitch terakhir sama sekali tidak terhubung dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah sebagai jalur perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang dibawah. Maka pemanjatan dengan system ini benar-benar harus matang perencanaanya karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersubut harus dibawa pada saat itu juga.

1. LEADER
a. Langkah - langkah awal untuk peletakan peralatan.
    - Piton dijadikan satu dalam sebuah carabiner non screw sesuai dengan jenis piton dan diletakkan di samping harnest.
    - Untuk peralatan lainnya dijadikan satu (friend, chock stopper,cholk hexentrik) dalam sebuah carabiner non screw sesuai  dengan jenisnya dan diletakkan disamping harnest.
    - Sling diselempangkan di badan.
    - Hammer, untuk peletakan hammer pada harnest, bagian pangkal hammer menggunakan carabiner screw dan di ikatkan sling atau tali prussik dengan panjang kurang lebih 1 M pada harnest, sedangkan pada bagian atas hammer diberi carabiner non screw untuk menggantungkan hammer di samping harnest.
    - Stirup, bagian atas stirup memakai carabiner non screw dan di letakkan pada samping harnest.
    - Cowstail sebanyak 2 buah dipasangkan pada harnest bagian depan dan pada kedua ujung cowstail diberi carabiner non screw.


b. Setelah selesai memasang peralatan.
          Pemanjat pertama menggunakan ujung tali utama yang di ikatkan pada harnest bagian depan sebagai tali pengaman utama dan menggunakan simpul delapan tanpa menggunakan carabiner, serta memasang tali transfer pada bagian belakang harnest dengan menggunakan simpul delapan. pemanjat pertama memanjat dan memasang pengaman dan menggunakan salah satu teknik pemakaian tali di atas teknik twin, double atau single-rope tehnique, lalu pemanjatan siap dilaksanakan.

2. BELAYER
Belayer pada double, twin-rope tehnique dan single rope tehnique
           Belayer memakai harnest lalu memasang carabiner screw dan figure of eight, kemudian ke dua tali di pasangkan ke figur of eight pada bagian depan harnest. Ada hal yang harus di ingat sebelum ke dua tali di pasangkan pada figur of eight yaitu kedua tali tersebut di pisahkan dengan cara mengurai dan memisahkan kedua tali secara terpisah agar tali tidak sampai kusut, baik antar tali atau pada bagian tali itu sendiri. (Teknik ini digunakan untuk double dan twin-rope tehnique) untuk single rope tehnique talinya di uraikan Selanjutnya harnest bagian belakang di ikatkan dengan cara mengikatkan ujung webbing ke bagian belakang harnest dan bagian pangkal webbing di pasang ke pengaman, fungsi pentingnya sebagai pengaman belay bila si pemanjat jatuh maka belayer tertahan oleh pengaman yang dipasang pada bagian belakang tadi.
          Setelah pemasangan diatas selesai pemanjatan dapat dimulai, Leader mulai langsung memasang pengaman pertama, pengaman kedua dan pengaman seterusnya dengan posisi tali tidak boleh zig zag karena akan menyebabakan tali lebih panjang terulur dan juga beban hentakan pengaman tersebut akan lebih besar diterima, untuk menghindari hal tersebut maka panjang sling dari pengaman tersebut di sesuaikan agar posisi talinya tetap lurus .setelah sampai pada sebuah pitch atau ketinggian yang di inginkan, Hanging belay, untuk lokasi, belayer harus mempunyai syarat :
           Tempat pemasangan pengaman yang baik dan mencari teras untuk belayer itu sendiri agar dapat leluasa dan tidak bosan
1. Belayer juga mencoba mencari tempat di mana belayer sendiri dapat melihat si pemanjat dan si pemanjat dapat melihat si belayer.
2. Belayer sendiri menjaga mata dari jatuhnya batuan dari atas dan bila batu yang jatuhnya sangat berbahaya kamu harus menggunakan helm atau meletakkan tas di atas kamu.
3. Antara belayer dan si pemanjat harus saling berkomunikasi untuk mengetahui posisi dan keadaan dan juga menjaga kalau lagi ada kendala di antara keduanya.
           Setelah melakukan itu semua, leader kemudian memasang minimal dua pengaman yang benar-benar dapat menahan beban barang dan semua pemanjat, untuk pengaman pertama ini menggunakan carabiner screw dan membuat simpul pangkal pada tali utama lalu memasang pengaman kedua carabiner yang di gunakan carabiner screw dan membuat simpul delapan pada sisa tali utama yang panjang dan satu pengaman lagi menggunakan carabiner bebas untuk alur tali agar posisi yang membelay tetap ke atas, setelah itu memasang sisa tali utama yang panjang pada figur of eight kemudian siap membelay pemanjat yang tadinya menjadi belayer dimana sebelum melakukan pemanjatan memasang carabiner screw di bagian depan harnest lalu membuat simpul delapan ganda untuk dipasang pada carabiner tersebut dan pemanjatan siap dilakukan dengan memberi tanda kepada belayer dan leader pun siap membelay pemanjat ke dua, setelah itu orang kedua dengan di belay oleh leader tadi memanjat dengan melewati pengaman yang di pasang leader.
           Setelah selesai membelay, pemanjat kedua melakukan pemanjatan dengan melewati pengaman yang di pasang dengan dibelay oleh leader, setelah tiba pada posisi belayer tadi berada maka, pemanjat tadi langsung membuat simpul sesuai dengan simpul pada pengaman pertama, pengaman kedua yang di pasang dan untuk peletakan simpul dan carabiner yang di gunakan pada posisi sama dengan belayer.

3. RECORDING
           Bekerja sebagai pencatat segala kegiatan yang di lakukan oleh team dan catatan itu di sertai waktunya, juga tidak lupa mencatat apa saja alat yang sudah di gunakan oleh leader dan juga bertugas mencatat semua alat yang sudah di cleaning. Agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan

4. CLEANING
Alat yang di pasang pada harnest :
a. Hammer : untuk melepaskan pengaman piton.
Hammer, untuk peletakan hammer pada harnest, bagian pangkal hammer menggunakan carabiner screw dan diikatkan sling atau tali prussik dengan panjang kurang lebih 1 M pada harnest, sedangkan pada bagian atas hammer diberi carabiner non screw untuk menggantungkan hammer di samping harnest.
b. Chocker : untuk melepaskan pengaman sisip/chock
Chocker, untuk peletakkan pada harnest sama dengan cara peletakan hammer pada harnest.
Setelah semua selesai, cleaner melakukan pemanjatan sambil mengambil pengaman yang dipasang oleh leader tadi sampai cleaner berada pada posisi belayer kemudian memasang simpul ,carabiner dan peletakannya sama dengan posisi belayer tadi.
c. Jumar : alat untuk melakukan ascending.
Adalah alat bantu untuk untuk naik melalui tali kernamantel.

 

Dilihat dari bentuk penggunaan peralatan panjat tebing terbagi menjadi 2 kelompok besar :
 

  • Artificial climbing :

          Merupakan pemanjatan yang mana didalam pergerakannya sepenuhnya didukung oleh alat dan pemanjat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan alat tersebut. Peralatan selain sebagai pengaman juga sebagai tumpuan untuk menambah ketinggian dalam melakukan pemanjatan tersebut. Perlu diingat bahwasannya untuk dapat bergerak cepat dan aman dalam melakukan pemanjatan bukan disebabkan karena adanya peralatan yang super modern melainkan lebih diutamakan pada penggunaan teknik yang baik.

​

  • Free climbing :

         Adalah pemenajatan yang mengunakan alat hanya semata-mata untuk menambah ketinggian dan alat berfungsi sebagai pengaman saja tetapi tidak mempengaruhi gerak dari pemanjat. Walaupun dalam pemanjatan tipe ini pemanjat diamankan oleh seorang belayer namun pengaman yang baik adalah diri sendiri.

Sedangkan untuk pengembangan dari jenis pemanjatan free climbing itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
- Top rope : pemanjatan dimana tali pemanjatan sudah terpasang sebelumnya
- Solo : pemanjatan yang dilakukan seorang diri dengan merangkap fungsi sebagai Leade, Cleaner dan Belayer.
Sedangkan solo sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Solo artificial climbing
b. Solo free climbing


Berdasarkan sistem belay / fall protection, panjat tebing terbagi dalam beberapa ketegori :

• Gym Climbing
          Pada tipe ini, belayer ada di bawah ( ground ) dengan tali dibelokan oleh sistem anchor (pullay atau carabiner) diatas climber. Jika climber jatuh maka berat climber tadi akan dibelokan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.

• Top Roping
          Pada tipe ini, belayer ada di atas ( top ) yang melakukan belay terhadap tali yang menuju climber ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika climber jatuh, biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokan atau pengalihan beban).

• Lead Climbing
          Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari belayer langsung ke climber . Pada saat climber mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) climber terus memasang alat pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan climber akan menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang dia pasang. Terbagi 2 :

• Sport Climbing
         Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Pada Sport climbing rute yang dipanjat umumya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada hanger pada dinding tebing).

• Traditional / Trad / Adventure Climbing
         Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad Climbing , dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Climber harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis Leader membuat stasiun belay untuk membelay Climber kedua. Climber yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama.

Nah sekarang kita liat ke teknik dasar panjat tebing nih bang mpo

Apa aja sih ?? penasaran kan?? yuk kita liat

 

1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan


2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu


3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang digunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak

Dengan cara demikian dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut;

​

a. Jamming
Teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar. Jari-jari tangan, kaki atau tangan dapat dimasukkan / diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak

​

b. Chimneying
Teknik memanjat celah vertical yang cukup besar. Badan masuk diantara celah dan punggung menempel disalah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke sisi tebing belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula dan membantu mendorong serta membantu menahan berat badan.

​

c. Bridging
Teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang kaki sebagai tumpuan dibantu juga tangan sebagai penjaga keseimbangan.

​

d. Lay back
Teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menempatkan kedua kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik silih berganti.

​

e. Hand traverse
Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertukal sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.


f. Mantelself
Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi namun cukup besar untuk diandalkan untuk tempat brdiri selanjutnya. Kedua tangan dgunakan untuk menarik berat badan dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengngkat berat badan yang dibantu dengan dorongan kaki.
Sebagaimana panjat tebing ialah memanfaatkan cacat batuan untuk menambah ketinggian sehingga seorang pemanjat dituntut berani, teliti dan terampil juga dalam kemampuan berfikir yang tepat dalam bertindak dengan keadaan yang terbatas untuk membuat keputusan menyiasati dan memecahkan permasalahan yang dihadapi secara tepat, cepat dan aman.

​

Yoo bang mpo,sebelumnya kita udah ngebahas dasar rock climbing sekarang kita mau ngebahas alat alat apa aja sih yang dibutuhin??? penasarn kan?? yuk kita bahas!!!

 

1. Tali carmentel
Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan atau biasa disebut dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
– Static adalah tali yang mempunyai daya lentur 6% – 9%, digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.
– Dynamic adalah tali yang mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.

2. Harnest

merupakan alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yg nantinya dihubungkan dengan tali.

3. Carabiner

merupakan cincin kait yg terbuat dari alumunium alloy sebagai pengait dan dikaitkan dgn alat lainnya.
– Karabiner Skrup/carabiner srew gate
– Karabiner Snap/carabiner non screw gate

4. Helmet

merupakan pelindung kepala yg melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang terjatuh dari atas.

5. Webbing

merupakan peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur, biasa digunakan sebagai harnest

6. Prusik

merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunkan sbg pengganti sling runner dan juga dpt digunakan untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik, seperti pada SRT.

7. Sepatu Panjat

sebagai pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dpt melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras)


8. Chalk bag

sebagai tempat MgCo3 (Magnesium Carbonat) yg berfungsi agar tangan tdk licin karena berkeringat sehingga akan membantu dalam pemanjatan.

9. Descender

merupakan peralatan yg digunakan untuk meniti tali kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yg sering digunakan adalah figure of eight dan auto stop.

10. Ascender

peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan biasanya jumar dan croll

11. Grigri

alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yg paling tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya.

12. Hammer

berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.

13. Pulley

memiliki mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yg berat. Digunakan untuk perlengkapan evakuasi.

14 Figure eight/figur delapan

peralatan ini termasuk salah satu Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan vertical dan tali sebagai jalur. Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran dan bentuknya bermacam-macam, strength rate 3000 kg., menggunakan alat ini menyebabkan puntiran pada tali salah satu kelemahan alat ini ketika digunakan

​

 

 

bottom of page