
PUPUK
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral).
Dalam pemupukan, perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke
daun Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.
A. SEJARAH PUPUK
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan
Amerika Latin.
Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur
karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis
menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh.
Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya
terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.
B. MACAM MACAM PUPUK
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk
:
(1) pupuk organik atau alami
Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. misal pupuk kandang dan kompos
(2) pupuk kimia atau buatan
Pupuk kimia biasanya lebih “murni” daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi.
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
(1) Pupuk Padat
Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam,
(2) Pupuk Cair Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Biasanya pengaplikasian pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan
:
(1) Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur.
(2) Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat
pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.
C. PUPUK ORGANIK
Pupuk organik mencakup semua bahan yang dihasilkan dari makhluk hidup dan bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman, seperti kotoran hewan, kotoran cacing,kompos, rumput laut, guano, dan bubuk tulang.
a) Manfaat Pupuk Organik
Pupuk organik diketahui mampu meningkatkan keanekaragaman hayati pertanian dan produktivitas tanah secara jangka panjang. Pupuk organik juga dapat menjadi sarana sekuestrasi karbon ke tanah. Nutrisi organik meningkatkan keanekaragaman hayati tanah dengan
menyediakan bahan organik dan nutrisi mikro bagi organisme penghuni tanah seperti jamur mikoriza yang membantu tanaman menyerap nutrisi,dan dapat mengurangi input pupuk.
b) Kerugian Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang bersifat kompleks karena ketersediaan senyawa yang ada pada pupuk tidak berupa unsur ataupun
molekul sederhana yang dapat diserap oleh tanah secara langsung. Kadar nutrisi yang tersedia sangat bervariasi dan tidak dalam bentuk yang tersedia secara langsung bagi tanaman sehingga membutuhkan waktu lama untuk
diserap oleh tanaman. Beberapa limbah yang dikomposkan, jika tidak diolah secara tepat, dapat menjadi sarana pertumbuhan patogen yang merugikan tanaman.
c) Perbandingan Dengan Pupuk Anorganik
Kadar nutrisi, tingkat kelarutan, dan laju pelepasan nutrisi pupuk organik umumnya lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik. Secara umum, keberadaan nutrisi pada pupuk organik lebih terlarut ke antara molekul tanah, namun juga tidak lebih tersedia dalam wujud yang bisa dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Semua pupuk organik diklasifikasikan sebagai pupuk dengan laju pelepasan yang lambat (slow release fertliizer) sehingga tidak menyebabkan memar (burn) pada tanaman meski kadar nitrogen pada pupuk
organik berlebih. Gejala burn merupakan gejala umum yang ditemukan pada tanaman ketika pemberian pupuk kimia dilakukan secara berlebihan.
D. PUPUK ANORGANIK
Pupuk anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan.
Tiga senyawa utama dalam pupuk anorganik yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan NPK dihitung dengan pemeringkatan NPK yang memberikan label keterangan jumlah nutrisi pada suatu produk pupuk anorganik. Secara umum, nutrisi NPK yang siap diserap oleh tanaman pada pupuk anorganik mencapai 64%, jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk organik yang hanya menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan. Inilah yang menyebabkan mengapa pupuk organik harus diberikan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pupuk anorganik.
a) Penerapan Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik digunakan di semua jenis tanaman pertanian dengan jumlah pemberian bergantung pada jenis tanaman dan tingkat kesuburan tanah saat ini. Misal tanaman pertanian jenis legum (seperti kedelai) tidak membutuhkan pupuk nitrogen anorganik sebanyak tanaman lain karena mampu mengikat nitrogen. Namun penerapan pupuk anorganik berlebih mampu menyebabkan peningkatan keasaman tanah karena mineral yang tidak dimanfaatkan mampu bereaksi dengan air yang ada di tanah membentuk senyawa asam. Untuk mencegah hal ini, status nutrisi dari tanaman dan tanah perlu dinilai sebelum
penerapan pupuk anorganik.
E. DAMPAK PUPUK ANORGANIK BAGI LINGKUNGAN.
1) Polusi Air
Nutrisi pada pupuk anorganik, terutama nitrat, dapat mencemari lingkungan alam dan mengganggu kehidupan manusia jika terbilas oleh air hujan dan mengalir dari lahan pertanian hingga ke perairan setempat dan air tanah. Jumlah pupuk anorganik yang masuk ke perairan cenderung sulit untuk dihitung dan diperkirakan dampaknya secara kuantitatif.
2) Sindrom bayi biru
Pembilasan pupuk nitrogen dari kawasan pertanian mampu mencemari air tanah. Penggunaan amonium nitrat anorganik secara umum bersifat membahayakan air tanah karena tanaman lebih mudah menyerap ion amonium dibandingkan ion nitrat untuk mendapatkan nitrogen, sehingga ion nitrat yang berlebih tersebut akan terbilas dan mencemari air tanah. Kadar nitrat di atas 10
miligram per liter (10 ppm) pada air tanah mampu menyebabkan sindrom bayi biru.
3) Kontaminasi zat pengotoran
Setiap pupuk anorganik berbahan dasar mineral dapat mengandung zat
pengotor berupa fluorida dan logam berat seperti kadimum dan uranium
tergantung dari di mana dan bagaimana bahan mineral ditambang. Bahan
pengotor tersebut dapat dihilangkan, namun akan meningkatkan biaya prduksi
secara signifikan sehingga tidak dilakukan olehsebagian besar industri pupuk. Senyawa pengotor ini dapat mempengaruhi
kualitas tanah hingga meracuni tanaman.
F. DAMPAK KETERGANTUNGAN TERHADAP PUPUK ANORGANIK
Petani secara tidak sadar menjadi "kecanduan" pupuk anorganik karena
penggunaan pupuk anorganik secara jangka panjang mematikan organisme tanah yang
bermanfaat sehingga penyediaan nutrisi secara organik tidak akan secepat tanah biasa.
Organisme tanah seperti mikoriza, fungi, dan berbagai bakteri mampu menguraikan
senyawa organik. Ketidakseimbangan nutrisi tanah akibat pupuk anorganik mematikan
sebagian besar organisme tanah dan menyebabkan peningkatan keasaman tanah.
a) Hilangnya unsur mikro
Berbagai pupuk anorganik tidak mengandung unsur hara mikro
karena dibuat dalam bentuk murni. Unsur hara mikro ini dapat secara
bertahap menghilang dari tanah karena diserap oleh tumbuhan.
Hilangnya unsur mikro telah dikaitkan dengan studi turunnya
kandungan mineral pada buah dan sayur yang dihasilkan suatu usaha
tani.
b) Pemupukan Berlebihan
Pemupukan berlebih dapat berakibat sama buruknya dengan
kekurangan nutrisi. Gejala seperti fertilizer burn terjadi karena pupuk
diberikan terlalu banyak, sehingga menyebabkan daun mengering
hingga menyebabkan kematian tanaman.Tingkat gejala memar terkait
dengan indeks kadar garam pada pupuk dan tanah.
c) Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah gejala peningkatan laju pertumbuhan
tumbuhan air. Pupuk yang terbilas aliran air permukaan mampu
diserap oleh tumbuhan air dan menyebabkan eutrofikasi. Hal ini
membahayakan perairan karena ketika tumbuhan mati, proses
dekomposisi oleh bakteri yang terjadi di bawah air mampu
menyebabkan hilangnya oksigen dan menyebabkan kebinasaan ikan
dan hewan air lainnya. Dan air mampu berubah menjadi keruh dan
berwarna kehijauan (atau merah, coklat, kuning, tergantung jenis alga
yang mengalami eutrofikasi di perairan).
d) Peningkatan Kemasaman Tanah
Pupuk organik dan anorganik yang kaya nitrogen dapat
menyebabkan peningkatan keasaman tanah ketika diberikan.
Keasaman tanah yang meningkat mampu mengikat beberapa senyawa
nutrisi mikro sehingga menjadi tidak tersedia bagi tumbuhan untuk
diserap. Pengapuran tanah dapat menurunkan tingkat keasaman
tanah.
e) Pencemaran Udara
Emisi metana dari lahan pertanian, terutama sawah penanaman
padi meningkat dengan bertambahnya penerapan pupuk berbasis
amonia. Emisi ini dapat berkontribusi secara signifikan pada
perubahan iklim karena metana merupakan gas rumah kaca yang
kuat. Selain metana, nitro oksida telah menjadi gas rumah kaca
dengan kontribusi pemanasan global ketiga di dunia karena
meningkatnya penggunaan pupuk berbasis nitrogen.
Emisi gas metana dari pupuk mencakup
:
1.
Kotoran hewan dan urea melepaskan metana,
nitro oksida, amonia, dan karbon dioksida pada jumlah yang bervariasi tergantung wujud dan kondisi
lingkungna setempat.
2.
Pupuk berbasis asam nitrat atau amonium
bikarbonat melepas nitro oksida, amonia, dan karbon
dioksida ke atmosfer sejak proses produksi hingga
penerapannya ke atmosfer. Amonia merupakan
senyawa dengan titik didih yang rendah, sehingga
mudah menguap segera setelah diberikan ke lahan
pertanian akibat panas matahari.
G. CARA MEMBUAT PUPUK
a) Pupuk Organik
:
a. Kotoran sapi sebanyak 200 kg (bisa disesuaikan dengan kebutuhan)
b. Arang sekam yang sudah dibakar secukupnya
c. Jerami yang sudah dibentuk kira-kira 10 cm (secukupnya)
d. 20 liter air
e. 5 sendok makan EM4
f. Dedaunan secukupnya atau menggunakan bubuk gergaji
g. 5 sendok makan gula pasir
h. Siapkan dulu media pembuatan pupuk dan tempatkan kotoran di
tempat yang sejuk tanpa terkena sinar matahari langsung atau
tetesan air hujan.
i. Kalau sudah ditempatkan di media pembuatan pupuk, buatkan
larutan dekomposer dari campuran EM4, gula, dan air.
j. Campurkan kotoran sapi dengan arang sekam dan aduk sampai rata
k. Taburkan dekomposer ke kotoran sapi yang sudah dicampur dengan
arang sekam secukupnya dan aduk sampai rata
l. Taburkan jerami, dedak, dedaunan atau bubuk kayu sampai dua
lapis.
m. Setelahnya siram dengan dekomposer yang masih tersisa
n. Setelah itu, tutup rapat bahan-bahan tersebut dengan jerami atau
bisa juga karung goni
o. Aduk adonan pupuk sampai merata di hari kedua dan tutup kembali
rapat-rapat
p. Cek secara berkala hasil adonan. Caranya, sentuh dengan tangan.
Kalau terasa panas ketika mengaduk adonan, berarti pupuk belum
siap untuk digunakan, ini tanda bahwa proses pemasakan masih
berlangsung.
q. Cek kembali sampai kemudian dirasa dingin, ini berarti pupuk
organik dari kotoran sapi sudah siap untuk digunakan.
H. CARA MENGAPLIKASIKAN PUPUK
a) Bentuk Serbuk
:
a. Serbuk, bentuk serbuk banyak ditemukan pada pupuk organik karena
penggunaannya yang mudah. Penggunanya cukup menaburkan pupuk di
permukaan tanah yang akan digemburkan. Biasanya ha ini dilakkukan saat
proses pengolahan lahan. Selain itu, pupuk jenis ini juga dapat digunakan dengan dicampur dengan media tanam lainnya, seperti gambut maupun
pasir.
b) Bentuk Butiran
:
a. Butiran dan Pelet, pupuk ini memiliki butiran yang tidak seragam dan
terkadang pecah. Penggunaannya hampir sama dengan jenis pupuk
organik berbentuk serbuk. Pupuk ini diaplikasikan dengan cara disebar di
atas permukaan tanah. Biasanya banyak petani yang menggunakan cara
ini untuk memudahkan pekerjaannya dan lebih praktis. Selain itu, dapat
juga dilakukan dengan ditanam dalam tanah. Pupuk dapat diberikan pada
lubang tanam untuk pembibitan pada media polybag atau pada lubang di
sekitar tanaman untuk media lapangan.
c) Bentuk Tablet
:
a. Tablet, pupuk organik bentuk ini lebih umum digunakan pada tanaman
tahunan seperti tanaman kehutanan, perkebunan atau buah-buahan.
Penggunaannya akan diberikan setiap dua hingga tiga bulan sekali pada
masa awal tanam, kemudian dikurangi menjadi empat sampai enam bulan
atau bahkan setahun sekali, tergantung dengan jumlah dan ukuran
tabletnya. Pupuk digunakan dengan cara ditanam pada sekeliling tanaman
selebar kanopi. Sedangkan untuk proses transplantasi, pupuk tablet
ditanam pada lubang tanam sebelum bibit tanaman dimasukan.